Senin, 22 April 2019

Hari Kartini menggema di SMKN 6 Bandung




Perjuangan Kartini bukan hanya perjuangan kaum perempuan, melainkan juga perjuangan sebuah bangsa yang sedang terjajah. Perjuangan Kartini bukan sekadar bagaimana anak-anak bisa sekolah, melainkan juga bagaimana agar orang menulis.



Revolusi mental adalah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Sehingga melahirkan manusia yang berintegrasi, mau bekerja keras dan punya semangat gotong royong.

Membaca dan revolusi mental saling berkaitan. Membaca akan mengubah perilaku bila meningkat levelnya. Individu yang mencapai level tertinggi akan terus memuaskan hidupnya dengan membaca karena, akan mempengaruhi tingkat kemanfaatan hidup. 




Habis Gelap Terbitlah Terang, kumpulan surat-surat Kartini kepada para sahabatnya, merupakan catatan harian seorang gadis muda sekaligus catatan sejarah Indonesia (khususnya Jawa) pada masa itu. Di masa sekarang, kita tak lagi menulis dan menerima surat. Mungkin para remaja juga tak lagi mempunyai buku catatan harian. Mereka menuliskan pengalaman dan perasaan dalam TwitterFacebookmailing list, blog, dan berbagai saluran dunia maya lainnya.




Bila Kartini rajin menulis dengan pena dan tinta di atas berlembar-lembar kertas, anak-anak muda sekarang, seusia Kartini pada waktu itu mengetik status di BlackBerry, iPad, Whatsapp, Facebook, dan Twitter. Tidak apa-apa, zaman berubah, teknologi makin maju. Mustahil mengharapkan orang menulis dengan tinta dan kertas atau dengan kapur dan sabak di zaman komputer dan internet sekarang ini. Teknologi dan mediumnya bisa berbeda, tetapi yang penting bagaimana semangat berbagi pengalaman dan perasaan dituliskan. Tentu itu tak dapat dilakukan dengan sekadar menulis satu atau setengah kalimat status. Mengapa tidak menuliskan dua atau tiga alinea? Dalam setahun, Facebook atau blog akan memiliki sebuah cerita panjang yang mungkin bisa menjadi novel fiksi, renungan evaluasi akhir tahun, kumpulan kisah berhikmah, dan sebagainya.

Mengenang Kartini sambil mengaitkan dengan Literasi dan Revolusi mental pada upacara kali ini, semoga semakin banyak anak muda khususnya siswa SMKN 6 Bandung, yang tergerak untuk menulis dan menerbitkan karya-karyanya. 




Demikian isi pidato Pembina Upacara Bendera, 22-04-2019 di SMKN 6 Bandung, oleh Drs. H. Rini Sundari (Waka Kurikulum), sekaligus memperingati Hari Kartini.


Dokumen penting lainnya, dibalik peristiwa Upacara Bendera kali ini, antara lain:











Video:




Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat setia semua, yang telah berkunjung dan menyimak artikel ini, semoga ada guna dan manfaatnya. Sampai jumpa lagi dilain cerita dan peristiwa. Salam Pendidikan.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar