Selasa, 16 April 2013

Berselingkuh hatikah kita padaNya ......?





Manusia hidup di dunia diberi kesempatan untuk Melihat tanda-tanda Keagungan Allah dan selalu bertasbih mengagungkan Allah dan memperbanyak amal shalih yang akan membawanya kepada derajad yang mulia.

Manusia diperintah oleh Allah untuk selalu menjaga kemurnian keyakinannya, agar selalu berbakti kepada Allah Tuhan Yang Maha Suci, Maha Mulia, dan Maha Agung Allah, Allah Yang Maha Tinggi, Allah Pencipta semesta Alam, tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan sekaligus berlomba-lomba dalam menjaga iman dan selalu beramal sholih
Ada beberapa hal yang manusia sering lalai, salah dan tidak hirau. Namun dapat menimbulkan kerugian besar dalam hidup manusia di dunia dan di akherat. Beberapa hal itu adalah




Salah Dalam mengambil Tuhan
Manusia tidak lagi menuhankan Allah yang Dzat Yang Maha Esa, yang Maha Suci, Pencipta dan pemelihara seluruh alam, tetapi manusia telah tergelincir, terbelok dengan bisikan-bisikan syaitan yang membawa mereka tersesat dan kemudian mencari tuhan-tuhan yang lain selain Allah. Dan itu semua merupakan keberhasilan syaitan musuh manusia didalam membelokkan jalan hidup manusia.
Manusia tidak lagi menghamba kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dzat yang Maha Suci. Maha Adil, Maha bijaksana, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Melindungi dst. Namun manusia diajak untuk mengikuti, membela, memperjuangkan pendapat manusia, menuhankan manusia, yang semua itu pada hakekatnya adalah menuhankan manusia yang telah tersesat dari jalan Allah, yang telah disesatkan syaitan dari jalan Allah dzat. Dan bila diikuti maka semua berujung pada kesengsaraan dunia dan akherat, walaupun nampak bagus dan menawan tetapi menyesatkan.




Salah dalam Mengisi Kehidupan 
Dalam abad modern akhir-akhir ini tidak banyak orang mengetahui hakekat tujuan hidup yang sebenarnya. Ketika teknologi telah menjadi semakin maju dan menawan, ketika semuanya sudah menjadi instant dan otomatis, manusia lupa bahwa tugas hidup adalah berbakti kepada Allah, selalu bertasbih dan bersyukur kepada Allah pemilik dan pemelihara seluruh Alam. Selalu berbuat yang baik-baik, yang sholih-sholih, yang adil, yang bijaksana, yang penuh dengan kasih sayang.
Sumber kasih sayang, kelembutan hati, perbuatan baik, adalah hati yang suci dan bersih yang selalu bertasbih kepada Allah dan tunduk taat kepadaNya. Ketika manusia tidak memahami akan hakekat kebutuhan jiwanya tersebut, dan kemudian diabaikan, maka manusia menjadi gersang jiwanya. 

Ketika manusia semakin sibuk dengan soal-soal ilmu dan teknologi, soal-soal materi, soal-soal kenyamanan, soal-soal hiburan, maka kemudian manusia lupa kepada Allah yang telah memberi segala sesuatu kebutuhan hidupnya. Manusia telah melupakan Allah yang telah melindungi langit dan bumi, yang telah memberikan rasa aman dan tenteram, yang telah memberikan kepada mereka nikmat yang baik-baik.
Kelupaan manusia kepada Allah, tidak merugikan Allah sama sekali, namun berakibat fatal bagi manusia. Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Pengasih, maka manusia kehilangan jiwa kasih sayang, Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha bijaksana, manusia kehilangan jiwa kebijaksanaan, Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Adil, manusia kehilangan jiwa keadilan. Ketika manusia melupakan Allah Yang Maha Suci, manusia kehilangan jiwa kesucian, dst.


 


Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. 
(QS. 59:19) 


Salah dalam berhubungan sesama manusia 

a. Hidup saling membantu dan saling melengkapi
Allah memerintah umat manusia untuk berbuat baik diantara mereka, Allah yang memberikan perbedaan-perbedaan diantara manusia, tentang kecerdasannya, tentang kekuatannya, tentang ketrampilannya dan berbagai perbedaan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. 
(QS. 43:32) 

b. Hidup selalu berlomba-lomba dalam kebaikan 
Manusia diperintah untuk mengedepankan kebaikan-kebaikan diantara mereka dan menekan sekuat-kuatnya segala kehendak jahat yang memang ada dalam diri manusia.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. 18:7)

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. 67:2) )





Banyak manusia sekarang lebih mementingkan kepentingan materi (UANG) dari pada kepentingan akhirat (TUHAN) itu adalah hal yang tidak bisa kita pungkiri. Pada saat ini, kelihatan sekali bahwa untuk mencari uang, banyak kita melupakan untuk mencari ridho ALLAH, sehingga lupa akan kewajiban terhadap Sang maha Pemberi, ALLAH SWT. Lupa akan sholat, lupa akan zakat, lupa terhadap Yatim Piatu, lupa atau memang pura-pura lupa mana yang hak dan mana yang bathil. Kita lebih mementingkan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat. Padahal kita seharusnya bisa membagi kedua kepentingan itu dengan adil.
Carilah duniamu seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lamanya, carilah akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari...!
ini adalah ungkapan yang harus kita terapkan dan renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita tidak lagi mementingkan kehidupan duniawi sehingga lupa akan kehidupan akhirat yang pasti adanya.

 





Bahkan tidak menutup kemungkinan, di zaman sekarang ini manusia tanpa sadar sudah menjadikan "Uang" sebagai pedoman hidupnya. Uang menjadikan pengendali emosi dalam dirinya. Mereka akan bersikap seolah-olah arif dan bijaksana jika sedang berhubungan dengan orang-orang yang memberikan kemudahan dalam hal "Uang", tetapi jika tidak, maka manusia tersebut akan menjadi lupa akan kodratnya.
Tidak sedikit dalam perselisihan rumah tangga, jika diusut-usut ujungnya adalah tentang masalah "Uang" perselingkuhan dijadikan sebagai penawar rasa kepenatan hati dikala mendapatkan kesulitan. Istri akan uring-uringan ketika penghasilan suaminya dirasa banyak kekurangan atau mungkin akibat membanding-bandingkan dengan orang lain, lambat laun pengabdian dirinya berubah karena pengaruh "Uang". Hal tersebut mungkin menjadi hal yang wajar, jika dilakukan seorang istri yang menghadapi suaminya pemalas, tidak mau berusaha untuk mencari nafkah dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga.
Tapi  menjadi tidak wajar, ketika suaminya pekerja keras, yang masih diberikan keterbatasan rizki oleh sang Maha Pemberi, Allah SWT seorang istri tetap saja tidak bersyukur dan bersabar. Ciri orang bersyukur dan bersabar, tetap beristiqamah dalam bersikap baik pada sesama atau pasangan hidup, sekalipun tidak atau kurang dalam memberikan apa yang diharapkannya.




Uang tanpa sadar telah menjadika Dewa dalam kehidupan, ini sama artinya kita sudah berselingkuh hati padaNya Allah SWT. Ini artinya kita telah berbuat Syirik. Sedangkan Syrik adalah bagian dari kemusyrikan.

Orang yang berbuat syirik yaitu berupa menyekutukan kepada Allah SWT. Dosa syirik atau musyrik ini dosa yang berat sehingga Allah SWT tidak mengampuni dosa tersebut sebagaimana firman-Nya: 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” 
(Q.S. An NIsa (4) : 48).

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." ( QS 98/6 )




Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula. Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam, kepada sesama manusia, dan kepada diri sendiri. Di antaranya yaitu tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qana’ah. Tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa. Bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya. Qonaah adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Menerapkan perilaku-perilaku di atas bukan berarti kita menyerah begitu saja, tapi tetap berusaha sekuat tenaga. Karena segala sesuatu hanya di tangan Allah SWT, manusia hanya bisa berusaha.    


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia” 
 [QS. Al-Baqarah: 264]


Demikianlah kali ini saya sampaikan melalui hati yang bersih kepada semua sahabat ku di sini. Saya tidak sedikitpun ingin menggurui, karena dalam diri sayapun masih banyak kehilapan. Yang penting ini kita jadikan sebagai ajang untuk bersilaturahmi hati saja. Semoga ini semua dapat menjadikan terbukanya hati untuk bergerak, agar kita tidak selamanya membatu didalam lumpur penuh kesyirikan. 
Nauzubillahiminzalik.....

Yu.....Wassalaam....

 



 dikutip sebagian dr