Alhamdulillah akhirnya aku dapat kembali membuka Blog ini yang sudah hampir satu bulan ditinggalkan, dan mengisinya dalam hati penuh dengan kenangan indah selama menjalankan ibadah shaum,
Teringat akan sepenggal lagu yang pernah terdengar buah pena Taufik Ismail, yang dilantunkan oleh Group Bend Legendaris...siapa lagi kalau bukan BIMBO. Begini...
Setelah habis Ramadhan....
Hamba cemas...kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan....
Berilah hamba ... kesempatan.
Ramadhan sesaat lalu telah pamit dihadapan kita. Seperti tahun tahun yang lalu, ia pamit meninggalkan kesan yang beragam. Kesan Ramadhan menyentuh berbagai dimensinya. Anak-anak, remaja dan orang dewasa tentu mendapatkan pengalaman yang berbeda-beda, seiring dunia yang digeluti dan seimbang dengan sejauh mana perlakuan yang mereka berikan selama Tamu Agung itu datang berkunjung.
Lebih layaknya kita menengok kebelakang dan merasakan apa yang terjadi...apa yang berbeda...dan apa yang berubah pada diri kita. Bila terasa adanya perubahan ke arah yang lebih baik, maka berarti pendidikan kilat Ramadhan telah masuk menyelusup ke dalam hati nurani, pusat bersemayamnya Taufik dan Hidayah Allah SWT. Tapi bila keluar dari pendidikan Ramadhan, lalu memilih jalan kebebasan dan jalur yang salah kaprah....maka mungkin ada yang salah pada diri kita.
Imam Al-Ghazali melukiskan tentang penghuni kehidupan dunia ini...laksana seorang pelaut yang sedang mengarungi samudera, satu tarikan nafas bagaikan satu rengkuhan dayung. Cepat atau lambat biduk yang ditumpangi akan, mengantarkannya ke pantai tujuan.
Didalam perjalanan itu setiap nakhoda berada diantara dua kecemasan....antara mengingat perjalanan yang sudah dilewati dengan rintangan angin dan gelombang yang menerjang, dan antara menatap sisa-sisa perjalanannya yang masih panjang, dimana ujung rimbanya belum tentu dapat mencapai keselamatan.
Lukman Al-Hakim pernah memberikan nasihat kepada puteranya: "Wahai ...anakku, sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang dalam...dan telah banyak manusia tenggelam di dalamnya. Oleh karenanya, jadikanlah Taqwa kepada Allah SWT sebagai bahtera untuk mengarunginya, Iman sebagai muatannya, Tawakkal sebagai layarnya...niscaya engkau akan selamat sampai tujuan".
Selama Ramadhan kita diajak membelokkan kemudi dari kesibukan super tinggi di samudera kehidupan, untuk rehat sejenak di pelabuhan. Kita adalah nakhoda yang perlu mencocokan arah kompas, mengukur peta dan memeriksa bekal perjalanan. Kita diajak untuk mengenali energi diri, meredakan kecemasan, mengatasi kepanikan, menjaga asa dan harapan, memperkuat keimanan dan kemauan, menimbang umur sampai menemukan kembali martabat kemanusiaan yang fitri.
Jiwa Fitri merupakan wujud dari seorang yang bertaqwa, sedangkan level ketaqwaan bisa diraih dengan amaliyah puasa Ramadhan. Dalam Ramadhan kita berusaha memperbaiki bahtera kita yang rusak diterjang air atau terbentur karang yang tegak gagah tak tergoyahkan.
Bagi Muttaqin yang sudah berhias jiwa fitri, tentu akan berani mengarungi kehidupan ini. Tak pernah tergoyahkan walaupun badai dahsyat menanti di tengah samudera kehidupannya. Takkan pernah menyerah wlaupun maut di depan mata, karena tujuan akhirnya adalah kebahagiaan yang sudah sangat jelas menanti.
disarikan dari Suara Mesjid Agung Tasikmalaya edisi
64/9/11
Akhirnya.....semoga kita dapat selamat berlabuh dengan bahtera kefitrian... amin.
Minal A'idin wal Faizin.... Taqabbalallu minna waminkum taqabbal ya karim........
Popoh Hapadoh dan Keluarga.