Tanggal 10 Dzulhijjah seringkali disebut dengan hari raya Kurban. Hal
ini dikarenakan adanya pelaksanaan kurban pada hari tersebut dan
beberapa hari sesudahnya. Dimulai dengan pelaksannan shalat Ied di
lapangan pada pagi 10 Dzulhijjah, dan dilanjutkan dengan penyembelihan
hewan kurban sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
Secara bahasa, Iduladha memiliki arti hari raya kurban. Yaitu dimana
kaum muslimin dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Sebagaimana
yang telah diterangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam dalam
hadistnya yang berbunyi:
"Bulan puasa itu adalah ketika kalian berpuasa. Dan hari raya Fitri
adalah hari dimana kalian berbuka / tidak berpuasa lagi. Dan Iedul Adha
adalah hari dimana kalian menyembelih kurban." (H.R. Tirmidzi, Abu Daud,
Baihaqi dan Ibnu Majah)
Idul Adha memiliki makna yg penting dalam kehidupan, salah satunya adalah makna kesabaran. Makna ini perlu
kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus
dari berbagai cobaan Allah.
Makna kesabaran dalam prosesi Idul Adha, tercermin dalam kisah Nabi Ibrahim as, Siti Hajar ra dan Nabi Ismail as. Bayangkan kesabaran Nabi Ibrahim ketika membawa Siti Hajar dan bayinya Ismail ke tengah padang pasir yang tidak berpenduduk dan meninggalkan mereka berdua di sana. Bayangkan kesabaran Siti Hajar untuk menjalani semuanya. Bayangkan kesabaran Nabi Ibrahim untuk siap ‘mengorbankan’ putranya tercinta yang remaja, dan bayangkan kesabaran Ismail untuk siap ‘dikorbankan’, dan bayangkan juga kesabaran seorang Siti Hajar, seorang Ibu yang rela anaknya ‘berkorban’. Kesabaran yang ketinggian kualitasnya susah dibayangkan dalam kerangka pemikiran manusia ‘modern’ saat ini, adalah kesabaran yang bersumber pada pencarian keridhaan Allah swt. Kualitas kesabaran jenis inilah yang dapat merombak sejarah manusia dan kemanusiaan.
Semoga pada Hari Raya Idul Adha yang berkah ini kitapun dapat ‘mengorbankan’ semua pernak-pernik keduniawian dan nafsu detsruktif kita; sehingga kualitas kesabaran kita dapat meningkat, sehingga kita dapat lebih dekat dan mendekat ke nur keridhaan Allah swt.
Nah...penulis dalam mengisi Hari Raya Idul Adha yang penuh dengan makna penting dalam kehidupan ini, salah satunya makna "Sabar", ingin mempersembahkan kisah tauladan...untuk para sahabatku...., para pengunjung setia,, Yu....Selamat menyimak kisah ini, semoga bermanfaat.
Di suatu sore, seorang anak mendekati ayahnya yg sedang membaca koran dan memanggilnya…“Ayah.....!, ayah.....!” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek ayah.....?, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian
untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan
menyontek…aku mau menyontek saja! ah...?
Ayah.....! aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah,
sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku
capek......ayah.....
Ayah.....! aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …ayah....
Ayah....! aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak
menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
Ayah.....! aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk
menghormati teman-teman ku, sedang teman-temanku seenaknya saja bersikap
kepada ku…
aku capek ayah.....!, aku capek menahan diri…aku ingin seperti
mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah !
..” sang anak mulai menangis…..
Melihat kejadian itu kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil
berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu
kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan anaknya kemudian mereka
pergi berdua menuju suatu tempat, dengan menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur,
dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita..??
aku tidak suka jalan ini....., lihat sepatuku jadi kotor....., kakiku luka karena
tertusuk duri...... badanku dikelilingi oleh serangga....., berjalanpun susah krn
ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah...?” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah,
airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan
pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang
ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang
beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi.... padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi,
padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar
dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?....... alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa.... aku tidak mengerti......?”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar....., butuh kesabaran dalam bersikap
baik....., butuh kesabaran dalam kujujuran....., butuh kesabaran dalam setiap
kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi…
bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu....., kau harus sabar
saat lumpur mengotori sepatumu....., kau harus sabar melawati ilalang dan kau
pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya
terbayar..... kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak
sabar, apa yang kau dapat?..... kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh
karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar....? ”
” Aku tahu, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau
tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada
di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah
anakku… ? ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh,
suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau
gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang anak muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu
ada Allah di sampingmu… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan
menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang…
maka kau tahu akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tahu.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah
dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan
tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
Akhirnya semoga kisah ini memberikan inspirasi kepada kita semua dalam memaknai Hari Raya Idul Adha kali ini.
Idul Adha dengan berbagai ibadah yang kita laksanakan
sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian kita
berihtiar lagi sekuat tenaga untuk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur
amal-amal buruk selama ini. Amin !
Salam Ukhuwah, dan saya sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha...mohon maaf lahir dan bathin.
bagus
BalasHapusTerima kasih kunjungannya wahai sahabat dibalik nama "Anonim". Semoga kita digolongkan menjadi orang-orang yang sabar ya.....Salam.
Hapus